Syukur Bukan Kufur
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
BERSYUKUR LAH DENGAN APA YANG DIBERIKAN ALLAH
.
Dikisahkan, pada suatu hari Rasulullah SAW pergi keluar rumah. Di tengah jalan, beliau bertemu Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
“Mengapa kalian keluar rumah,” tanya Nabi.
Jawab mereka, “Tak ada yang membuat kami keluar rumah selain rasa lapar.”
Rasulullah SAW sendiri pergi keluar rumah juga karena lapar. Lalu, beliau mengajak dua sahabatnya itu datang ke rumah seorang sahabat bernama Abu Ayyub al-Anshari.
Sang tuan rumah, Abu Ayyub, bergembira ria oleh kedatangan tamu-tamu yang sangat dihormatinya itu. Abu Ayyub menyuguhkan roti, daging, kurma basah dan kering (tamar).
Setelah mereka menyantap suguhan itu, Nabi SAW dengan mata berkaca-kaca berkata, “Kenikmatan ini akan ditanya oleh Allah kelak di hari Kiamat.” …. (HR Muslim, Thabrani, dan Baihaqi)
Begitu Merindukan Surga
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
BEGITU MERINDUKAN SURGA
.
Terkisah seorang sahabat yang tengah menjenguk sahabat wanitanya. Sang sahabat tengah menderita penyakit parah sehingga membuatnya terbaring sakit bertahun- tahun.
Tidak terhitung sudah, berapa banyak biaya dan usaha yang telah dilakukannya untuk berobat. Namun Allah belum menghendaki kesembuhan atasnya.
Disebuah kamar sempit itu, terjadilah perbincangan yang sangat menarik. Satu hal yang menjadi penasaran sang sahabat, adalah ketika melihat raut wajah sahabatnya yang sama sekali tiada tampak kekhawatiran di wajah sahabatnya yang sedang sakit itu.
Dengan penuh kehati- hatian dia bertanya, bagaimana bisa kau sangat bersabar atas musibah yang menimpamu kali ini? dan bukankah ini sudah bertahun- tahun lamanya?
Agungnya Hak Suami
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
AGUNGNYA HAK SUAMI
.
Sebuah pernyataan yang memang semestinya terucap dari lisan seorang istri yang tahu ‘kadar’ seorang suami berikut haknya.
Bagaimana tidak, sementara Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمُرُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةََ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا وَلاَ تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهَا كُلَّهُ حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا عَلَيْهَا كُلَّهَا حَتَّى لَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَىظَهْرِ قَتَبٍ لَأَعْطَتْهُ إِيَّاهُ
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya2.
Dan tidaklah seorang istri dapat menunaikan seluruh hak Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadapnya hingga ia menunaikan seluruh hak suaminya.
Sampai-sampai jika suaminya meminta dirinya (mengajaknya jima’) sementara ia sedang berada di atas pelana (yang dipasang di atas unta) maka ia harus memberikannya (tidak boleh menolak)”
Hak Suami dan Hak Istri
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
AGUNGNYA HAK SUAMI & MULIANYA HAK ISTRI
.
Sudah menjadi sebuah tujuan pernikahan dari kedua belah pihak, yaitu menggapai kehidupan rumah tangga yang samarah (sakinah mawaddah wa rahmah). Setelah cinta bersemi, maka ikrar yang sucipun terucap dari lisan sang pengantin pria kepada wali pengantin wanitanya.
Setelah juga melalui proses taaruf, nazhar dan khitbah serta mengadakan pesta walimah yang syar’ii, sederhana dan berwibawa… maka suami istri yang baru ini layaknya seperti biduk kecil yang hendak berlayar ke tengah samudera kehidupan.
Ikhwatul-kiram wa akhawatul-karimat, Begitu pentingnya bagi kedua belah pihak (suami maupun istri), untuk memahami hak2nya yang agung dan mulia. Suaminya mempunyai hak yang agung dalam islam, begitupun sang istri juga mempunya hak yang mulia dalam Islam. Allahu akbar, indah banget 🙂
Bersabar, lepas dari kesulitan
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
BERSABAR AKAN MELEPASKAN DIRI DARI KESULITAN
.
Salah satu di antara amalan hati, sikap jiwa yang akan menghantar seseorang kepada keuntungan dan kebahagiaan ialah sabar. Sabar, di segi bahasa ialah teguh hati tanpa mengeluh ditimpa bencana.
Apabila dikaitkan dengan pandangan Islam, maka sabar diartikan: Telah menerima ujian ujian Tuhan dalam bakti dan perjuangan dengan tujuan memperoleh ridha Allah.
Sikap sabar ini sebenarnya merupakan persediaan penting dalam rohani manusia, kerana hanya dengan sifat sabar, ‘seseorang dapat berhasil dalam cita citanya.
Sebaliknya orang yang tidak memiliki sifat ini, usahanya akan terbantut di tengah jalan dan cita citanya menjelma sebagai khayalan dan impian belaka.
Fitnah – Harta Tahta Wanita
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
.
Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia. Fitnah itu mengkristal menjadi ideologi yang banyak dianut manusia, yaitu materialisme.
Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah memprediksinya dalam sebuah hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn, ”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan.
Berkata seorang sahabat, “ Apakah karena kita sedikit pada saat itu ?
Rasul saw. bersabda,” Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn.
Berkata seorang sahabat,” Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw ?
Rasul saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati” …. (HR Abu Dawud)
Pesta-pora Keberhasilan
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
SETAN BERPESTA PORA BILA BERHASIL MENGGODA MANUSIA
.
Di dalam kitab suci al-Qur’an juga ada dikemukakan, ketika terjadi dialog antara setan bernama Iblis dengan Allah ala waj’alla, bahwa Iblis akan melakukan balas dendam kepada manusia dengan jalan menyesatkan mereka dari kebenaran.
Tekad Iblis itu tak dihalangi oleh Allah swt, sebab kalau ada manusia yang termakan bujuk rayunya untuk melakukan kesesatan, itu memang sudah menjadi bagian jatah rezeki si setan Iblis.
Tetapi Allah juga bilang, upaya itu tak akan pernah berhasil kalau dilakukan oleh manusia yang mukhlisin (tulus ikhlas dan senantiasa taat patuh pada perintah dan menghindari larangan-Nya).